Restoran Halal di China

Salah satu pertanyaan yang kerap diajukan umat Muslim ketika akan bepergian ke China adalah, “Adakah makanan Muslim atau halal di China? Kalau ada, makanan apa yang tersedia?”. Pertanyaan berikutnya adalah, “apakah  penyembelihan hewan dilakukan dengan menyebut nama Allah?’.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut wajar mengemuka karena China bukanlah negara Muslim, terlebih setiap kali berbicara tentang makanan China, maka yang terbayang adalah berbagai masakan yang berbahan baku daging atau lemak babi. Dan sebagai negara non Muslim, mereka juga tidak menyembelih hewan berdasarkan syariat Islam.

Namun meski China merupakan negara non Muslim, di negeri Tiraibambu ini dapat dijumpai komunitas Muslim yang melaksanakan ajaran Islam dengan taat, salah satunya menghindari makan makanan yang diharamkan seperti daging babi dan turunannya. Jumlah umat Muslim di China pun cukup besar yaitu diperkirakan berkisar antara 1-2 persen dari total penduduk China yang berjumlah 1,3 milyar atau sekitar 22 juta jiwa, tersebar di berbagai wilayah.

Dengan jumlah umat Muslim di China yang sedemikian besar, tidak perlu khawatir mengenai ketersediaan makanan Muslim atau makanan halal jika berkunjung ke China. Makanan halal yang dalam bahasa China disebut sebagai qingzhen cai dapat dengan mudah ditemukan di kawasan dimana terdapat komunitas Muslim, seperti di Niujie Street di Beijing dan Moslem Street di Xian, Provinsi Shaanxi,.

Di kawasan tersebut dapat dengan mudah dijumpai restoran yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat Muslim China yang berasal dari suku-suku minoritas seperti Uyghur dan Hui. Restoran Muslim ini sekilas tidak beda dengan restoran China pada umumnya, yang membedakan adalah tidak adanya menu berbahan dasar babi dan biasanya berupa mie atau sup. Selain restoran, terdapat pula supermarket Muslim yang menjual berbagai produk makanan halal seperti daging segar, sosis, mie instan dan lain sebagainya.

Untuk mengenali restoran atau toko yang menjual makanan Muslim biasanya dapat dilihat dari papan nama restoran atau toko berwarna hijau dengan tulisan China dan Arab. Ciri lain adalah bangunan restoran yang terkadang dilengkapi kubah-kubah menyerupai masjid.

Meski awalnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan umat Muslim sendiri akan makanan halal, dalam perkembangnya, restoran yang dimiliki umat Muslim tidak sedikit yang dipenuhi pengunjung non-Muslim. Hal tersebut tidak terlepas dari pendapat masyarakat China sendiri yang menilai makanan di restoran yang dikelola umat Muslim lebih bersih, berkualitas dan bervariasi dibandingkan restoran-restoran lain.

Secara tradisional, makanan Muslim di China memiliki ciri tersendiri sesuai dengan asal usul wilayahnya, meski pada umumnya menggunakan bahan dasar yang sama yaitu kambing dan domba. Muslim China di Utara sangat tergantung pada daging, baik sapi, kambing maupun domba, namun jarang menggunakan bebek, angsa, ikan, udang atau hewan laut lainnya. Sedangkan Muslim China di Selatan sebaliknya, banyak menggunakan bahan dasar berupa bebek dan hewan laut lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!